QUNUT NAZILAH
QUNUT NAZILAH - Kaedah berdoa yang lebih menghampiri sunnah
Bersamaan dengan turunnya berbagai musibah dahsyat yang menimpa kaum muslimin berupa peperangan, penganiayaan, bencana alam dan lain-lainnya terutamanya di Iraq, Palestin, Afghanistan, Chechnya dll, maka perlunya dijelaskan secara ringkas mengenai Sunnah Qunut Nazilah yang merupakan Sunnah yang dipraktikkan oleh Rasulullah saw pada keadaan yang seperti ini dan juga merupakan salah satu bentuk keperihatinan seorang muslim kepada saudaranya apabila hanya mampu menolong saudaranya dengan doa ini.
Diharapkan kepada Allah Taala semoga tulisan ini bermanfaat untuk kaum muslimin dan mempererat hubungan ukhuwwah islamiyyah antara Muslimin.
DEFINISI QUNUT NAZILAH
Qunut secara istilahnya adalah seperti yang dikatakan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah:
"Suatu doa di dalam shalat pada tempat yang khusus dalam keadaan berdiri." (Fathul Bari 2/490.) Dan Nazilah artinya malapetaka atau musibah yang turun menimpa kaum muslimin dalam bentuk gempa, banjir, peperangan, penganiayaan dan sebagainya.
HUKUM QUNUT NAZILAH
Qunut nazilah adalah suatu hal yang disyariatkan dan amat disunnahkan ketika terjadi musibah. Sunnah qunut nazilah ini merupakan pendapat para ulama dari madzhab
Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi'iyyah, Hanbaliyyah dan lain-lainnya.
Imam Syafi'i rahimahullah berkata: "Apabila turun musibah kepada kaum muslimin disyariatkan membaca qunut nazilah pada seluruh shalat wajib."
(Syarhus Sunnah karya Al-Baghawi 2/279).
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: "Apabila turun bencana kepada kaum muslimin, hendaknya imam melakukan qunut dan diaminkan oleh orang yang dibelakangnya." (Al-Mughni 1/450).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: "Di kalangan ulama ada tiga pendapat tentang qunut. Yang paling benar dari tiga pendapat tersebut, qunut disunnahkan ketika ada keperluan.،¨ (Taudhih Al-Ahkam).
Pendapat-pendapat diatas tentunya berlandaskan hadis-hadis yang sahih mutawatir seperti hadits Anas bin Malik radhiallahu 'anhu riwayat Bukhari-Muslim yang menjelaskan pelaksanaan qunut nazilah oleh Rasulullahu saw selama sebulan pada peristiwa pembunuhan 60 shahabat penghafal Al-Quran, juga hadis Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu riwayat Bukhari-Muslim.
LAMANYA QUNUT NAZILAH
Dalam hadis Anas bin Malik riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Ibnu Abbas riwayat Abu Dawud dengan sanad hasan dan lain-lainnya, menunjukkan bahwa Nabi shallallahu 'alahi wasallam pada peristiwa pembunuhan 60 sahabat penghafal Al-Quran, baginda berqunut selama sebulan. Namu hal ini tidaklah menunjukkan bahwa pelaksanaan qunut nazilah hanya terbatas selama sebulan, karena dalam hadis Abi Hurairah radhiallahu 'anhu riwayat Bukhari-Muslim, juga hadis Baro bin Azib, Hifaf bin Ima' riwayat Muslim serta hadis Anas bin Malik riwayat Ibnu Khuzaimah dan hadis-hadis lainnya menjelaskan dalam bentuk umum dan tidak menunjukkan batasan sebulan. Maka dapat dibuat kesimpulan bahwa qunut nazilah tetap dilaksanakan sampai musibah tersebut diangkat dari kaum muslimin. Dan ini merupakan fatwa dari Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafidzohullah.
WAKTU QUNUT NAZILAH
Dari hadis-hadis yang menjelaskan tentang qunut nazilah dapat diambil kesimpulan bahwa petunjuk Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dalam pelaksanaan qunut, iaitu beliau melakukan qunut nazilah pada seluruh shalat-shalat wajib dan beliau lebih mengutamakan pelaksanaannya pada shalat Maghrib dan Subuh. Akan tetapi beliau tidak melakukan qunut setiap hari pada seluruh shalat lima waktu sekaligus.
Ini merupakan fatwa dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Qunut nazilah dapat dilaksanakan sebelum ruku' atau setelah ruku' di dalam sholat tersebut. Akan tetapi pelaksanaannya setelah ruku' lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Dua cara ini dicontohkan oleh Rasullah shallallahu `alaihi wa sallam dalam hadis-hadis beliau yang mulia
LAFAZ QUNUT NAZILAH
Tidak ada hadis dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya doa khusus dalam qunut nazilah. Siapa yang menelaah pendapat-pendapat para ulama, niscaya ia akan mendapati para ulama memberi keluasan dalam perkara ini. Oleh karena itu seseorang berdoa di dalam qunut nazilah dengan doa yang bersesuaian keadaan yang tertimpa musibah dan apa yang mereka perlukan. Bahkan Al-Qadli Iyadl rahimahullah menukil kesepakatan jumhur ulama bahwa tidak ada doa khusus dalam qunut. Ibnu Shalah menganggap orang yang berpendapat ada doa khusus dalam qunut adalah pendapat ang aneh dan tertolak, menyelisihi jumhur ulama.
Lihat Al-Majmu' 3/477, Majmu' Al-Fatawa 23/108.
Berikut ini saya akan menuliskan doa yang sesuai dengan musibah yang menimpa kaum muslimin di Iraq dan dunia Islam dan doa untuk saudara-saudara kita yang berangkat berjihad untuk menolong saudara mereka yang tertindas di sana.
* [ Lafaz doa adalah di dalam bahasa Arab ]
Terjemahannya:
Ya Allah, bantulah saudara-saudara kami para mujahidin di Iraq dan di semua tempat.
Ya Allah, bantulah mereka dan janganlah Engkau membantu musuh melawan mereka.
Ya Allah, bantulah mereka dan janganlah Engkau menolong musuh melawan mereka.
Ya Allah, berilah mereka (cara membuat) makar untuk menghadapi musuh-musuhnya dan janganlah Engkau memberi makar kepada mereka.
Ya Allah, tepatkanlah bidikan mereka dan kukuhkanlah kaki-kaki mereka serta berilah taufiq-Mu pada setiap langkah mereka.
Ya Allah, satukanlah barisan mereka dan kumpulkanlah segala upaya mereka.
Ya Allah, jadikanlah jihad mereka di jalan-Mu dan janganlah haramkan pahala jihad mereka atas kami.
Ya Allah, tolonglah kaum muslimin yang terdhalimi di Iraq dan semua tempat.
Ya Allah, tolonglah mereka (kaum muslimin) dan perbaikilah hubungan mereka.
Ya Allah, binasakanlah Amaerika dan sekutunya yang zalim, goncangkanlah dan hancurkan mereka.
Ya Allah, cerai beraikan barisan mereka dan luluh lantakkan kalimat mereka.
Ya Allah, janganlah Engkau memberikan kedudukani yang baik bagi mereka di muka bumi ini.
Ya Allah, lemparkanlah rasa takut dalam hati-hati mereka.
Ya Allah, hitunglah jumlah mereka, bunuhlah mereka dan jangan sisakan seorang pun dari mereka
PERINGATAN!!!
1. Lafaz qunut di atas bukan dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam. Oleh karena itu, tidak ada keterkaitan dengannya apalagi menganggapnya sebagai doa yang disunnahkan. Dan bagi orang yang mampu menyusun doa dalam bahasa arab yang sesuai dengan keadaan musibah, tidak ada larangan baginya untuk berdoa dengannya.
2. Boleh mengulang potongan kalimat dari doa di atas beberapa kali.
Apakah Ada Syariat Mengusap Muka setelah Qunut Pendapat jumhur ulama tidak ada mengusap muka setelah berdoa qunut. Imam Al-Baihaqy (dari ulama Syafi'iyyah) dalam As-Sunan Al-Kubra 2/212 mengatakan: ،§Adapun mengusap muka dengan kedua tangan ketika selesai dari doa, saya tidak mengetahui hal tersebut dari salah seorang ulama salaf pun yang melakukannya dalam doa qunut.
Bolehkan Qunut Dilakukan dalam Shalat Sendirian?
Sepanjang penelitian, belum ditemui adanya nash dari Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dan para shahabatnya yang menunjukkan pelaksanaan qunut dalam shalat sendirian. Mungkin disebabkan hal ini Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni 1/450 menegaskan: "Tidak ada pelaksanaan qunut secara individu". Dan ini juga merupakan fatwa dari Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzohullah. Hukum ini juga berlaku pada kaum wanita, tidak melakukan qunut kecuali pada sholat jamaah.
Apakah Disyariatkannya Mengaminkan Doa Qunut bagi Makmum
Disyariatkannya mengaminkan doa qunut berdasarkan hadis Rasullah shallallahu `alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Daud (lihat Al-Irwa' 2/163). Dan hal ini ditegaskan oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni 1/449: "Apabila imam melakukan qunut hendaknya diaminkan oleh orang yang di belakang imam (makmum) dan tidak dikeetahui ada perbezaan pendapat (dikalangan para 'ulama) dalam masalah ini."
Akan tetapi perlu diingat bahwa pengaminan diucapkan pada lafaz-lafaz doa, bukan pada lafaz pujian. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad dan dibenarkan oleh Imam Khirqy serta An-Nawawi.(Suaalat Abi Daud hal. 67 dan Al-Majmu' 3/481).
Dan hendaknya imam berdoa dengan lafaz umum (bukan untuk pribadinya) sehingga makmum ketika mengaminkannya juga mengambil andil dari doa tersebut, sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Al Hafizh Ibnu Hajar, Syekh Ibn Al Utsaimin dan lain-lainnya. Mudah-mudahan apa disampaikan ini bermanfaat bagi kaum muslimin dan dapat dilaksanakan oleh setiap Imam masjid/surau sebagai bentuk keperihatinan kepada saudara-saudaranya yang tertindas.
SUmber: Al-Ahkam.Net
Wednesday, December 31, 2008
Thursday, December 25, 2008
Siri kuliah hadith 3 : Kemaisan Iman
Hadith 3
Kemanisan Iman
عن أَنَسٍ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثَلَاثٌ من كُنَّ فيه وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ من كان الله وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إلا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ الله منه كما يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ
صحيح مسلم
Maksud hadith
“Diriwayatkan oleh Anas bin Malik daripada Rasulullah s.a.w, bersabda : Barangsiapa mempunyai tiga ciri-ciri tersebut akan merasai kemanisan iman; iaitu (1) barangsiapa yang mengasihi Allah dan Rasul s.a.w melebihi segala-galanya, (2), sesiapa yang mengasihi sahabatnya hanyalah semata-mata kerana Allah dan (3) sesiapa yang benci (untuk kembali) kepada kekufuran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam api neraka.”
Sumber Hadith
Hadith tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari (6542), Muslim (43), al-Tirmidhi (2624), al-Nasa’i (11720), Ibn Majah (4034) dan Ibn Hanbal (13431).
Pemahaman Umum Hadith
Hadith ini menjelaskan bahawa seseorang itu akan dimuliakan Allah dengan menikmati kemanisan iman setelah membuktikan sikap perhambaan yang tinggi terhadap Allah iaitu dengan meletakkan cinta terhadap Allah dan Rasul s.a.w melebihi segala-galanya. Hal ini dapat dilihat melalui amalannya yang dilakukan semata-mata mencari keredhaan Allah yang paling dikasihinya walaupun bertentangan dengan kehendak (nafsunya) sendiri. Kemanisan iman tidak dapat dikecapi melalui teori semata-mata sebaliknya mesti melalui penghayatan yang bersungguh-sungguh. Cintakan Allah dan Rasul s.a.w merupakan asas kekuatan iman yang dapat dijelmakan melalui sifat-sifat yang lain seperti mengasihi saudara seislam dan bencikan kekufuran. Oleh itu kemanisan iman merupakan kurniaan Allah yang tidak terhingga untuk mereka yang mencarinya.
Cintakan Allah dan Memupuk Kecintaan (Iman) TerhadapNya
1. Cintakan Allah bermaksud cenderung (kasih) dan berusaha bersungguh-sungguh menunjukkankecenderungannya terhadap Allah dengan mematuhi segala suruhan Allah dan meninggalkan laranganNya sama secara rela ataupun terpaksa demi keredhaanNya.
2. Menurut Imam al-Ghazali, Cintakan Allah merupakan ibu kepada segala kebaikan manakala cintakan dunia merupakan ibu kepada keburukan dan kejahatan.
3. Oleh itu, usaha menguatkan kecintaan (keimanan) terhadap Allah hendaklah sentiasa berterusan melalui pendekatan al-Quran, hadith dan akal kurniaan Allah. Contohilah sirah Nabi Ibrahim a.s.
4. Selain daripada itu, berfikir tentang kejadian Nikmat dan Rahmat Allah juga boleh meningkatkan rasa kagum akan kehebatan dan keagungan Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara alam ini seperti rahmat kasihan belas (rahim) yang berterusan dan berpanjangan, ganjaran pahala, keampunan dan penghapusan dosa.
5. Mengenali Allah dengan mengenali diri sendiri juga boleh meningkatkan keimanan dan kecintaan terhadapNya.
6. Ilmu yang mendalam dan hubungan yang rapat (dekat ) dengan Allah juga amat penting untuk tujuan tersebut.
Cintai Rasulullah s.a.w Membawa Kesejahteraan
1. Tidak lengkap kesempurnaan Islam tanpa meletakkan kecintaan terhadap Rasulullah s.a.w sebagai keutamaannya selepas Allah. Ini disebabkan kedudukan Rasulullah yang amat istimewa di sisi Allah dan secara langsung telah juga mengangkatkan kemuliaan martabat ummahnya di sisiNya.
2. Kedudukan Rasulullah s.a.w di dalam Islam dapat dilihat melalui pewartaannya (hadith) sebagai sumber rujukan Islam di samping Allah (al-Quran) di mana ketaatan kepada baginda s.a.w adalah mutlak kerana segala-galanya bersumberkan wahyu Ilahi.
3. Hal tersebut ditambah pula dengan perkerti Nabi s.a.w yang amat tinggi seperti kasih sayangnya buat ummat, amat prihatin dan khidmat cemerlang di samping memiliki kelebihan syafaat di akhirat kelak.
Persaudaraan Islam Demi Allah
1. Mencintai seseorang (sahabat) kerana Allah merupakan tuntutan agama dan natijah daripada sifat pertama (cintakan Allah dan RasulNya).
2. Sifat tersebut tidak akan tercapai sekiranya disertai dengan niat yang lain bersama (berniat kerana Allah dan dalam masa yang sama demi manfaat keduniaan). Ini kerana Allah sekali-kali tidak menerima dua matlamat (dikongsikan bersama dengan makhlukNya yang lain) dalam satu masa.
3. Persaudaraan Islam mestilah berlandaskan matlamat dan cara yang dibenarkan syara’. Ia melambangkan kemantapan struktur masyarakat dan kekuatan ummah.
Benci Kekufuran
Bencikan kekufuran bermakna menjauhi segala perkara yang membawa kekufuran yang bertentangan dengan prinsip keimanan dan kecintaan terhadap Allah. Ia menandakan pemiliknya memiliki kekuatan iman dan sentiasa menjaganya daripada sebarang ancaman. Ini kerana apabila seseorang itu cintakan Allah dan beriman kepadanya, akan mematuhi segala janji baik dan buruk daripada Allah buat hambaNya.
Pengajaran Hadith
1. Cinta kepada Allah dan Rasul melambangkan neraca keimanan seseorang di dalam Islam.
2. Cinta kepada Allah dan Rasul perlu dibuktikan di dalam kehidupan kita.
3. Ukhuwwah Islamiyyah teras kekuatan ummah dan dakwah.
4. Perlu membenci dan menjauhi kekufuran.
5. kemanisan tidak dapat dirasai kecuali mereka yang menghayatinya dengan sepenuh hati.
Disediakan oleh : Hasbullah Mohamad
Kemanisan Iman
عن أَنَسٍ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ثَلَاثٌ من كُنَّ فيه وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ من كان الله وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إلا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ الله منه كما يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ
صحيح مسلم
Maksud hadith
“Diriwayatkan oleh Anas bin Malik daripada Rasulullah s.a.w, bersabda : Barangsiapa mempunyai tiga ciri-ciri tersebut akan merasai kemanisan iman; iaitu (1) barangsiapa yang mengasihi Allah dan Rasul s.a.w melebihi segala-galanya, (2), sesiapa yang mengasihi sahabatnya hanyalah semata-mata kerana Allah dan (3) sesiapa yang benci (untuk kembali) kepada kekufuran sebagaimana ia benci dicampakkan ke dalam api neraka.”
Sumber Hadith
Hadith tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari (6542), Muslim (43), al-Tirmidhi (2624), al-Nasa’i (11720), Ibn Majah (4034) dan Ibn Hanbal (13431).
Pemahaman Umum Hadith
Hadith ini menjelaskan bahawa seseorang itu akan dimuliakan Allah dengan menikmati kemanisan iman setelah membuktikan sikap perhambaan yang tinggi terhadap Allah iaitu dengan meletakkan cinta terhadap Allah dan Rasul s.a.w melebihi segala-galanya. Hal ini dapat dilihat melalui amalannya yang dilakukan semata-mata mencari keredhaan Allah yang paling dikasihinya walaupun bertentangan dengan kehendak (nafsunya) sendiri. Kemanisan iman tidak dapat dikecapi melalui teori semata-mata sebaliknya mesti melalui penghayatan yang bersungguh-sungguh. Cintakan Allah dan Rasul s.a.w merupakan asas kekuatan iman yang dapat dijelmakan melalui sifat-sifat yang lain seperti mengasihi saudara seislam dan bencikan kekufuran. Oleh itu kemanisan iman merupakan kurniaan Allah yang tidak terhingga untuk mereka yang mencarinya.
Cintakan Allah dan Memupuk Kecintaan (Iman) TerhadapNya
1. Cintakan Allah bermaksud cenderung (kasih) dan berusaha bersungguh-sungguh menunjukkankecenderungannya terhadap Allah dengan mematuhi segala suruhan Allah dan meninggalkan laranganNya sama secara rela ataupun terpaksa demi keredhaanNya.
2. Menurut Imam al-Ghazali, Cintakan Allah merupakan ibu kepada segala kebaikan manakala cintakan dunia merupakan ibu kepada keburukan dan kejahatan.
3. Oleh itu, usaha menguatkan kecintaan (keimanan) terhadap Allah hendaklah sentiasa berterusan melalui pendekatan al-Quran, hadith dan akal kurniaan Allah. Contohilah sirah Nabi Ibrahim a.s.
4. Selain daripada itu, berfikir tentang kejadian Nikmat dan Rahmat Allah juga boleh meningkatkan rasa kagum akan kehebatan dan keagungan Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara alam ini seperti rahmat kasihan belas (rahim) yang berterusan dan berpanjangan, ganjaran pahala, keampunan dan penghapusan dosa.
5. Mengenali Allah dengan mengenali diri sendiri juga boleh meningkatkan keimanan dan kecintaan terhadapNya.
6. Ilmu yang mendalam dan hubungan yang rapat (dekat ) dengan Allah juga amat penting untuk tujuan tersebut.
Cintai Rasulullah s.a.w Membawa Kesejahteraan
1. Tidak lengkap kesempurnaan Islam tanpa meletakkan kecintaan terhadap Rasulullah s.a.w sebagai keutamaannya selepas Allah. Ini disebabkan kedudukan Rasulullah yang amat istimewa di sisi Allah dan secara langsung telah juga mengangkatkan kemuliaan martabat ummahnya di sisiNya.
2. Kedudukan Rasulullah s.a.w di dalam Islam dapat dilihat melalui pewartaannya (hadith) sebagai sumber rujukan Islam di samping Allah (al-Quran) di mana ketaatan kepada baginda s.a.w adalah mutlak kerana segala-galanya bersumberkan wahyu Ilahi.
3. Hal tersebut ditambah pula dengan perkerti Nabi s.a.w yang amat tinggi seperti kasih sayangnya buat ummat, amat prihatin dan khidmat cemerlang di samping memiliki kelebihan syafaat di akhirat kelak.
Persaudaraan Islam Demi Allah
1. Mencintai seseorang (sahabat) kerana Allah merupakan tuntutan agama dan natijah daripada sifat pertama (cintakan Allah dan RasulNya).
2. Sifat tersebut tidak akan tercapai sekiranya disertai dengan niat yang lain bersama (berniat kerana Allah dan dalam masa yang sama demi manfaat keduniaan). Ini kerana Allah sekali-kali tidak menerima dua matlamat (dikongsikan bersama dengan makhlukNya yang lain) dalam satu masa.
3. Persaudaraan Islam mestilah berlandaskan matlamat dan cara yang dibenarkan syara’. Ia melambangkan kemantapan struktur masyarakat dan kekuatan ummah.
Benci Kekufuran
Bencikan kekufuran bermakna menjauhi segala perkara yang membawa kekufuran yang bertentangan dengan prinsip keimanan dan kecintaan terhadap Allah. Ia menandakan pemiliknya memiliki kekuatan iman dan sentiasa menjaganya daripada sebarang ancaman. Ini kerana apabila seseorang itu cintakan Allah dan beriman kepadanya, akan mematuhi segala janji baik dan buruk daripada Allah buat hambaNya.
Pengajaran Hadith
1. Cinta kepada Allah dan Rasul melambangkan neraca keimanan seseorang di dalam Islam.
2. Cinta kepada Allah dan Rasul perlu dibuktikan di dalam kehidupan kita.
3. Ukhuwwah Islamiyyah teras kekuatan ummah dan dakwah.
4. Perlu membenci dan menjauhi kekufuran.
5. kemanisan tidak dapat dirasai kecuali mereka yang menghayatinya dengan sepenuh hati.
Disediakan oleh : Hasbullah Mohamad
Subscribe to:
Posts (Atom)