Thursday, November 1, 2007

RELAX : Kalu teringinkan Ainul Mardhiah .... buatlah kerja sungguh-sungguh

Ainul Mardhiah ...... Khas Untuk Para Pejuang yang bermajikan dengan ALLAH


Assalamualaikum

Mukhaddimah:
Bidadari merupakan salah satu anugerah Allah kepada seorang lelaki yang
memasuki syurga. Bagi seorang wanita yang solehah maka bidadari bagi
suaminya adalah dikalangan bidadari2 kurniaan Allah dan dia (isteri
solehah merupakan ketua akan segala bidadari-bidadari tsb). Berjihad pada
agama Allah merupakan satu amalan yang menjadi kesukaan Allah swt dan ini
merupakan sunnah besar nabi SAW dan kalangan sahabat-sahabat. Setiap
manusia yang mati wlaupun berapa umurnya maka akan ditanya dimanakah masa
mudanya dihabiskan.

Kisah......:
Ainul Mardhiah merupakan seorang bidadari yang paling cantik dikalangan
bidadari-bidadari yang lain (nama puteri bongsu saya - bermaksud mata yang
di redhai). Suatu pagi (dalam bulan puasa) ketika nabi memberi targhib
(berita-berita semangat di kalangan sahabat untuk berjihad pada agama
Allah) katanya siapa-siapa yang keluar di jalan Allah tiba-tiba ia
shahid,maka dia akan dianugerahkan seorang bidadari yang paling cantik
dikalangan bidadari2 syurga. Mendengar berita itu seorang sahabat yang
usianya sangat muda teringin sangat nak tahu bagaimana cantiknya bidadari
tersebut.... tetapi dia malu nak bertanyakan kepada nabi kerana malu pada
sahabat-sahabat yang lain. Namun dia tetap beri nama sebagai salah sorang
yang akan keluar/pergi. Sebelum Zohor sunnah nabi akan tidur sebentar
(dipanggil khailulah, maka sahabat yang muda tadi juga turut bersama jemaah
tadi... tidur bersama-sama....

Dalam tidur tersebut dia bermimpi berada di satu tempat yang sngguh
indah,dia bertemu dengan seorang yang berpakaian yang bersih lagi cantik
dan muka yang berseri2 lalu ditanyanya dimanakah dia... lalu lelaki itu
menjawab inilah syurga. Lalu dia menyatakan hasrat untuk berjumpa dengan
'Ainul Mardhiah... lalu ditunjuknya di suatu arah maka berjalan dia... di
suatu pepohon beliau mendapati ada seorang wanita yang tak pernah dia lihat
kecantikan begitu... takpernah dilihat didunia ini... lalu diberi salam dan
dia bertanya andakah ainul mardhiah... wanita itu menjawab ehh tidakk...
saya khadamnya ainul mardhiah ada di dalam singgahsana sana.

Lalu dia berjalan dan memasuki satu mahligai yang cukup indah dan mendapati
ada seorang lagi wanita yang kecantikannya berganda-ganda dari yang pertama
tadi sedang mengelap permata-mata perhiasan di dalam mahligai.... lalu
diberi salam dan di tanya lagi adakah dia ainul mardiah lalu wanita itu
menjawab... eh tidakkk saya hanya khadamnya di dalam mahligai ini... ainul
mardiah ada di atas mahligai sana,..... lalu dinaikinya anak-anak tangga
mahligai permata itu kecantikkannya sungguh mengkagumkan... lalu dia sampai
ke satu mahligai dan mendapati
seorang wanita yang berganda-ganda cantik dari yag pertama dan
berganda-ganda cantiknya dari yang kedua.... dan tak pernah dia lihat di
dunia.... lalu wanita itu berkata ... akulah ainul mardhiah, aku diciptakan
untuk kamu dan kamu diciptakan untk aku.... bila lelaki itu mendekatinya
wanita itu menjawab... nantiii kamu belum syahid lagiiii......

Tersentak itu pemuda itu pun terjaga dari tidurnya lalu dia menceritakan
segala-galanya kepada satu sahabat lain, namun begitu dia memesan agar
jangan menceritakan cerita ini kepada nabi SAW... tapi sekiranya dia shahid
barulah ceritakan kepada nabi.

Petang itu pemuda itu bersama-sama dengan jemaah yang terdapat Nabi
didalamnya telah keluar berperang lalu ditakdirkan pemuda tadi telah shahid.

Petang tersebut ketika semua jemaah telah pulang ke masjid, di waktu hendak
berbuka puasa maka mereka telah menunggu makanan untuk berbuka (tunggu
makanan adalah satu sunnah nabi). Maka kawan sahabat yang shahid
tadi telah bangun dan merapati nabi SAW dan menceritakan perihal sahabat
nabi yang sahaid tadi... dalam menceritakan itu nabi menjawab
benar...benar... benar... dalam sepanjang cerita tersebut. Akhirnya nabi
SAW berkata memang benar cerita sahabat kamu tadi dan sekarang ini dia
sedang
menunggu untuk berbuka puasa di syurga....subhanallah...

Kesimpulan cerita ini....
Tiada rehat atau terputusnya kehidupan selepas hidup di dunia.... selepas
seseorang mati maka kehidupanya terus
bersambung dengan kehidupan barzakh, akhirat etc.... Kehidupan akhirat
adalah satu perjalanan yang cukup jauh dan cepat untuk tiba.... kalaulah
suatu perjalanan kita dari Malaysia ke Amerika yang mana kehidupan di sana
menjanjikan kehidupan yang lebih baik maka sudah pastilah bekalan yang
banyak telah kita buat.... jual tanah, jual lembu kerbau, jual kereta untuk
membuat bekalan ke sana kerana kehidupan disana akan menjaminkan
kebahagiaan dan segala yang tergadai ini dapat kita kecapi semua.... maka
apatah lagi kehidupan akhirat lebih-lebih perjalanannya nun jauh di sana
dan tiada sebarang perjanjian untuk hidup bahagia melainkan bekalan taqwa
dan iman yang sempurna serta amal yang soleh... semoga kita semua dapat
amal dan sampaikan....



Source : Khattab bin Ayub

KHUTBAH : Family and Love in Islam

Love and Affection in Family Life


My dearest brothers,
Allow me to remind all of us, and myself, to always be conscious of Allah, and have taqwa to Him, in the truest sense. One of the ways to have taqwa and consciousness of Allah is to make our own families, through love and kindness, into families that have strong faith and taqwa to Allah.

My dear brothers,
In the past month of Ramadan, we have heard of the need to develop our families into exemplary families, as part of our Islamic identity. Such families will hold on strongly to Islamic principles, guided by knowledge and iman, are loving and affectionate, and each member of the family respect the other. Today, we will focus more on how we can develop love, affection and kindness in our families, with the ultimate aim of developing families with taqwa.

My dearest brothers,
Let us begin by understanding the message of Islam itself. Islam is a religion well-suited to the natural state of mankind (fitrah). God has created mankind in pairs (from man and woman), so that they can live together as families.

Through family life, mankind do not only ensure his continuity and the bearing of progeny, but will also be able to live a calm and tranquil life that is full of love. Allah says in the Holy Quran:


(Surah Ar-Rum: 21)
Which means: And among His Signs is this, that He created for you mates from among yourselves, that you may dwell in tranquillity with them, and He has put love and mercy between your (hearts): verily in that are Signs for those who reflect.

My dear brothers,
Thus, immediately after we complete our marriage ceremony, or what is more popularly known as the ’aqad nikah, we take on new responsibilities as a husband and soon, a father. Leaders of the family are responsible to guide their families to have strong faith and taqwa.

One of the main roles and responsibilities of a husband is to treat his wife well. A good treatment of one’s wife is testimony to his faith and iman. Our beloved Prophet peace be upon him said:


Which means: The most complete among the believers in their faith/iman are those who possess the noblest character and are most gracious to their families (wives). (Narrated by Imam Tirmizi)

Love and affection in our families will help us guide them to the right path. Leadership is ineffective, in fact, non-existent, if a leader is not respected. But respect itself normally is an outcome of strong familial relations – families that live with love and affection.

My dear brothers,
One of our important responsibilities as head of the family is to imbue our family members with taqwa and iman. To succeed in doing this, we need to do the following:

First: We need to be good examples and role models.
To be an effective head of the family, it is most important that we become role models to our children and wives. We have to practice what we preach; it is easier for our families to follow our advice when they see us doing it. This should be practiced in our everyday lives, in our ibadah, when doing housework, etc. Remember the proverb: the acorn does not fall far from the tree.

For example, how are we going to stop our children from smoking when we smoke everyday? Or to encourage our children to study when we do not even have a habit of reading?

Second: Make time for the family.
No doubt, as the head of the family, it is our responsibility to maintain and provide for our wives and children. As a result, our time with the family might be limited. Still, that is no excuse for not spending time with our families. Remember, it is not just the length of time spent with your families, it is also the quality that is important.

Make full use of your time with your family by engaging in meaningful activities together, even if it is for a short time. Simple things like having breakfast or dinner together, performing prayers together, watching TV, cycling, or even shopping together, are some things that can easily be done as a family. Remember, we need to create and make time. Otherwise, we will never find the time.

Third: Give praise and affection.
In trying to build strong family ties, we also need to be aware of positive or excellent things done by our wives or children, no matter how young they are.

Praise them when you see them do something good, and appreciate their efforts by saying thank you, or Jazakumullah kheiran (may Allah reward you with kindness).

Remember, such small acts of kindness and praise is easily said and will encourage them further to do good. When they feel appreciated, they want to do more good deeds.

Let us ask ourselves, what do we feel when something good happens at work, when we are commended and given due praise by our boss, for example? Surely we feel appreciated and inspired to work harder to improve our work.

Other than praise, we need to show affection. Praise accompanied by a display of affection is even more meaningful to our wives and children. They will feel more loved. So, touch their hands or shoulders with love every time you praise them. It will have a greater impact, mainly because they feel loved.

My brothers,
Remember, this has to be done everyday; we need to be seen as a fair person, one who gives praise and rebukes equally. Let us not be seen only as a stern disciplinarian. Let us not be known by our families only for our anger. Let us also be known as loving husbands and fathers.

Hopefully, with loving and respectful relations in our families, our family institutions will become much stronger. With this, InshaAllah, we will be able to lead our lives in manner that will bring us the pleasure and blessings of Allah in this world and the hereafter, Amin.


Source : MUIS